Kamis, 18 Januari 2018

LIANG AYAH WISATA BARITO TIMUR



LIANG AYAH

Karya : Drenikha Sikhe Ryba Kanahuang

            Tempat wisata yang ada di Indonesia khususnya di Barito Timur merupakan salah satu dari kekayaan alam yang patut untuk dibanggakan. Propinsi Kalimantan Tengah memiliki banyak daya tarik wisata alam salah satunya ada di Kabupaten Barito Tmur misalnya Riam Kendong, Dam Tabla, Dam Tampa, Dam Batu Putih, Pantai Jodoh, Liamg Ayah, Hutan Anggrek, Lewu Hante, Rumah Belanda, Rumah Betang dan masih banyak lagi.
Kali ini saya akan membahas tempat wisata alam, Liang Ayah.
Liang Ayah adalah nama sebuah Goa yang terdapat di Kabupaten Barito Timur, Kecamatan Dusun Tengah bertepatan di Batu Sahur. Yang berjarak ±10km.
Menurut sejarah yang saya ketahui Liang Ayah merupakan sebuah Balai tempat perkumpulan para pemegang agama Kaharingan(Hindu). Suatu ketika di Balai tersebut di adakan Wadian (acara adat ritual, atau perkumpulan para Balian untuk melakukan pengobatan untuk orang yang sakit). Zaman dahulu dalam suku Dayak Ma’anyan-Lawangan jika seseorang yang sakit di karenakan oleh roh-roh jahat maka para masyarakat sekitar berobat ke Balian atau dukun untuk melakukan pengobatan.
Pada saat itu di Balai tersebut diadakan acara Wadian, berkumpul lah masyarakat-masyarakat sebelum acara di mulai namun ada seseorang pemuda yang hendak pergi berburu sebelum acara di mulai. Kemudian berangkat lah pemuda tersebut untuk berburu dia mengitari dan berjalan ke hutan-hutan, namun dia merasa kecewa tidak ada pendapat hasil buruan yang memuaskan dan hanya mendapat seekor kera, dia sangat kesal di potongnya lah kedua buah lengan kera itu dan di bawa pulang ke Balai ketempat orang yang akan melaksanakan acara Wadian tadi. Di acara tersebut pemuda itu melakuakan hal-hal yang tidak baik dia memukul gendang dengan kedua buah lengan kera yang di dapatnya dalam berburu siang sebelum acara di mulai. Tiba-tiba hujan turun di sertai dengan Guntur yang menggelegar, datang lah sesosok Iblis.
Dia adalah sesosok iblis yang menjelma dan menurut penduduk dia adalah iblis yang jahat. Rupanya iblis tersebut sangat marah atas perlakuan dan sifat yang dimiliki oleh pemuda tersebut akhirnya, semua yang ada di Balai tersebut menjadi batu di antara nya Kangkanung, Gendang, Guci dan alat-alat yang ada di dalam Balai tersebut termasuk Wara(dukun) dan Balai. Semuanya pun menjadi batu termasuk masyarakat-masyarakat yang ada di dalamnya hanya ada sebagian orang saja yang selamat dalam kutukan tersebut.
Setelah kejadian tersebut iblis tersebut melakukan sebuah perjalanan ke pegunungan di perjalanan dia merasa lelah dan kehausan ketika sampainya di puncak pegunungan ditemuinya sebuah gubuk yang berpenghuni seseorang setengah baya. Di gubuk tersebut Nayubutituru istirahat sejenak dan meminta air minum kepada seseorang setengah baya tersebut, namun orang setengah baya tersebut mengetahui bahwa yang sedang bertamu ke gubuknya adalah sesosok jelmaan iblis yang membuat gempar penduduk kampung akan kejahatannya. Dia pun berpikir sejenak bagaimana cara membunuh iblis tersebut kemudian diambil nya lah sebuah bambu runcing berwarna kuning di bambu itu di masukannya lah air yang di minta iblis tadi dan ketika iblis itu  meminum air tersebut orang setengah baya tersebut langsung menancapkan bambu tersebut ke dalam tenggorokannya, dan meninggallah dia. Dari saat itu penduduk kampung merasa aman dan tidak pernah merasa terganggu lagi di dalam suatu tindakan atau kegiatan mereka.
           

Demikian lah hasil cerita sejarah dari Liang Ayah. Alasan utama saya memilih wisata Liang Ayah ini karena pengalaman pribadi saya sendiri. Yaitu pada saat saya menjadi pendamping pembina pramuka di SMP NEGERI 2 DUSUN TENGAH, saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelantikan penggalang tersebut. Pada saat itu kegiatannya adalah jelajah alam ke Liang Ayah, dan itu pertama kalinya saya kesana. Ekspetasi saya tentang Liang Ayah hanya sekedar goa biasa atau goa tua, jalan menuju kesana cukup sulit dan melelahkan juga hanya bisa dilalui oleh kendaraan beroda dua(sepeda motor) dan jalannya berlumpur dan bebatuan. Keadaan goa disana kurang terawat, seperti banyaknya kotoran kelalawar, juga waktu itu dalam keadaan banjir didalam goa, banyaknya coretan-coretan di dinding goa tersebut sehingga kurangnya nilai estetika di goa dan jarangnya orang yang berkunjung ke Liang Ayah ini karena kurang terawat dan bannyaknya rumput yang rimbun. Namun keadaan disana tetap saja dapat kita rasakan keiindahannya, dengan pemandangan yang indah, udara yang sejuk juga banyaknya pohon-pohon hijau yang tumbuh sehingga terasa sangat rindang. Dan didalam goa tersebut memang benar seperti sejarahnya yaitu, terlihat seperti batu yang berbentuk guci, meja dan seperti tangan seseorang yang sedang berdoa. Juga jika kita keatas akan benar-benar terasa keindahannya.
Saya memilih wisata Liang Ayah ini karena saya berharap, objek wisata ini lebih diperhatikan pemerintah dan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Barito Timur. Karena terakhir saya datang kesana rumputnya semakin rimbun dan jalannya pun semakin sulit dilalui. Semoga karya tulis saya ini dapat menginspirasikan kita semua agar dapat menjaga dan melestarikan objek-objek wisata yang ada di sekitar kita yang perlu diperhatikan. Sekian dari saya bila ada salah penulisan kata ataupun banyak kekurangan dari karya tulis ini saya ucapkan mohon maaf dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar