LIANG AYAH
Karya : Drenikha Sikhe Ryba Kanahuang
Tempat
wisata yang ada di Indonesia khususnya di Barito Timur merupakan salah satu
dari kekayaan alam yang patut untuk dibanggakan. Propinsi Kalimantan Tengah
memiliki banyak daya tarik wisata alam salah satunya ada di Kabupaten Barito Tmur
misalnya Riam Kendong, Dam Tabla, Dam Tampa, Dam Batu Putih, Pantai Jodoh,
Liamg Ayah, Hutan Anggrek, Lewu Hante, Rumah Belanda, Rumah Betang dan masih
banyak lagi.
Kali ini saya akan membahas tempat
wisata alam, Liang Ayah.
Liang Ayah adalah nama sebuah Goa
yang terdapat di Kabupaten Barito Timur,
Kecamatan Dusun Tengah bertepatan di Batu Sahur. Yang berjarak ±10km.
Menurut sejarah yang saya ketahui
Liang Ayah merupakan sebuah Balai tempat perkumpulan para pemegang agama Kaharingan(Hindu).
Suatu ketika di Balai tersebut di adakan Wadian (acara adat ritual, atau perkumpulan para Balian untuk
melakukan pengobatan untuk orang yang sakit). Zaman dahulu dalam suku Dayak Ma’anyan-Lawangan jika seseorang
yang sakit di karenakan oleh roh-roh jahat maka para masyarakat sekitar berobat
ke Balian atau dukun untuk melakukan pengobatan.
Pada saat itu di Balai tersebut
diadakan acara Wadian, berkumpul lah masyarakat-masyarakat sebelum acara di
mulai namun ada seseorang pemuda yang hendak pergi berburu sebelum acara di
mulai. Kemudian berangkat lah pemuda tersebut untuk berburu dia mengitari dan
berjalan ke hutan-hutan, namun dia merasa kecewa tidak ada pendapat hasil
buruan yang memuaskan dan hanya mendapat seekor kera, dia sangat kesal di potongnya
lah kedua buah lengan kera itu dan di bawa pulang ke Balai ketempat orang yang
akan melaksanakan acara Wadian tadi. Di acara tersebut pemuda itu melakuakan
hal-hal yang tidak baik dia memukul gendang dengan kedua buah lengan kera yang
di dapatnya dalam berburu siang sebelum acara di mulai. Tiba-tiba hujan turun
di sertai dengan Guntur yang menggelegar, datang lah sesosok Iblis.
Dia adalah sesosok iblis yang
menjelma dan menurut penduduk dia adalah iblis yang jahat. Rupanya iblis
tersebut sangat marah atas perlakuan dan sifat yang dimiliki oleh pemuda
tersebut akhirnya, semua yang ada di Balai tersebut menjadi batu di antara nya
Kangkanung, Gendang, Guci dan alat-alat yang ada di dalam Balai tersebut
termasuk Wara(dukun) dan Balai. Semuanya pun menjadi batu termasuk masyarakat-masyarakat
yang ada di dalamnya hanya ada sebagian orang saja yang selamat dalam kutukan
tersebut.
Setelah kejadian tersebut iblis
tersebut melakukan sebuah perjalanan ke pegunungan di perjalanan dia merasa
lelah dan kehausan ketika sampainya di puncak pegunungan ditemuinya sebuah
gubuk yang berpenghuni seseorang setengah baya. Di gubuk tersebut Nayubutituru
istirahat sejenak dan meminta air minum kepada seseorang setengah baya
tersebut, namun orang setengah baya tersebut mengetahui bahwa yang sedang
bertamu ke gubuknya adalah sesosok jelmaan iblis yang membuat gempar penduduk
kampung akan kejahatannya. Dia pun berpikir sejenak bagaimana cara membunuh
iblis tersebut kemudian diambil nya lah sebuah bambu runcing berwarna kuning di
bambu itu di masukannya lah air yang di minta iblis tadi dan ketika iblis itu meminum air tersebut orang setengah baya
tersebut langsung menancapkan bambu tersebut ke dalam tenggorokannya, dan
meninggallah dia. Dari saat itu penduduk kampung merasa aman dan tidak pernah
merasa terganggu lagi di dalam suatu tindakan atau kegiatan mereka.
Demikian lah hasil cerita sejarah
dari Liang Ayah. Alasan utama saya memilih wisata Liang Ayah ini karena
pengalaman pribadi saya sendiri. Yaitu pada saat saya menjadi pendamping
pembina pramuka di SMP NEGERI 2 DUSUN TENGAH, saya ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pelantikan penggalang tersebut. Pada saat itu kegiatannya adalah
jelajah alam ke Liang Ayah, dan itu pertama kalinya saya kesana. Ekspetasi saya
tentang Liang Ayah hanya sekedar goa biasa atau goa tua, jalan menuju kesana
cukup sulit dan melelahkan juga hanya bisa dilalui oleh kendaraan beroda
dua(sepeda motor) dan jalannya berlumpur dan bebatuan. Keadaan goa disana
kurang terawat, seperti banyaknya kotoran kelalawar, juga waktu itu dalam
keadaan banjir didalam goa, banyaknya coretan-coretan di dinding goa tersebut
sehingga kurangnya nilai estetika di goa dan jarangnya orang yang berkunjung ke
Liang Ayah ini karena kurang terawat dan bannyaknya rumput yang rimbun. Namun keadaan
disana tetap saja dapat kita rasakan keiindahannya, dengan pemandangan yang
indah, udara yang sejuk juga banyaknya pohon-pohon hijau yang tumbuh sehingga
terasa sangat rindang. Dan didalam goa tersebut memang benar seperti sejarahnya
yaitu, terlihat seperti batu yang berbentuk guci, meja dan seperti tangan
seseorang yang sedang berdoa. Juga jika kita keatas akan benar-benar terasa
keindahannya.
Saya memilih wisata Liang Ayah ini
karena saya berharap, objek wisata ini lebih diperhatikan pemerintah dan dapat
lebih dikenal oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Barito Timur. Karena
terakhir saya datang kesana rumputnya semakin rimbun dan jalannya pun semakin
sulit dilalui. Semoga karya tulis saya ini dapat menginspirasikan kita semua
agar dapat menjaga dan melestarikan objek-objek wisata yang ada di sekitar kita
yang perlu diperhatikan. Sekian dari saya bila ada salah penulisan kata ataupun
banyak kekurangan dari karya tulis ini saya ucapkan mohon maaf dan terima
kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar